Di dalam toko kami disambut seorang petugas berseragam T-Shirt warna Krem. ‘Silakan..’ katanya ramah.
Di sisi sebelah kanan dekat pintu masuk toko ada tempat untuk anak-anak beraktifitas mewarnai. Tersedia bangku dan meja disekitarnya mungkin supaya orang tua yang mendampingi anak-anak nyaman dan leluasa mengawasi.
Toko cinderamata Olive Store cukup luas. Suasana tokonya tenang dan nyaman, koleksinya pun unik & beragam. Ada tanaman hias, tas, payung, t-shirt dan pernak-pernik lainnya. Sebagai kenang2an saya beli pin lucu bentuk tanaman favorit saya Monstera.
Sambil menunggu petugas kasir memproses pembayaran, Big Tea & Lil’Tea duduk minum sebentar di bangku rotan yang tersedia di dalam toko.
Kami lalu melanjutkan perjalanan. Banyak pengunjung melakukan Grounding atau Earthing tanpa alas kaki sambil menikmati keindahan dan suasana alam di Kebun Raya Bogor.
Grounding atau Earthing adalah teknik terapi dengan melakukan aktifitas terhubung ke bumi misalnya dengan berjalan dengan atau tanpa alas kaki di alam. Terapi Grounding selama kurang lebih 1 jam dapat memberi dampak positif bagi tubuh seperti meningkatkan sistem imun, menimbulkan ketenangan batin, memperbaiki mood, meredakan nyeri otot, baik bagi kesehatan jantung, meredakan kecemasan dan meningkatkan kualitas tidur.
Selain berjalan tanpa alas kaki ada berbagai cara alami untuk grounding misalnya dengan berbaring diatas matras tipis atau tanpa alas & beraktifitas di air (Sumber : sehatq.com)
Kebun Raya Bogor dapat menjadi tempat menyenangkan untuk melakukan terapi ini. Sambil menikmati suasana alam & udara segar Big Tea & Lil’ Tea ikut juga jalan kaki sambil buka sepatu seperti pengunjung lain. Jalan yang lembab mengurangi rasa pegal di kaki.
Sampailah kami di papan penunjuk jalan menuju Taman Meksiko. Taman Meksiko berisi koleksi tanaman iklim kering seperti Kaktus. Sebagian besar koleksi Taman Meksiko didatangkan dari Amerika Tengah dan Selatan.
Dari papan penunjuk jalan menuju Taman Meksiko kami berjalan kaki kira-kira 5 menit. Dari arah belakang terdengar bunyi seperti motor ternyata ada beberapa wisatawan yang menggunakan Scooter listrik menuju ke Taman Meksiko. Memang berjalan kaki di area Kebun Raya yang luas cukup melelahkan. Kalau ga mau capek, sebelum mengelilingi Kebun Raya lebih baik menyewa Scooter Listrik atau Sepeda untuk perorangan sedangkan rombongan keluarga dapat menyewa Buggy.
Taman Meksiko dibuat menyerupai aslinya yang kering dan berbatu. Taman ini unik karena suasananya sangat kontras dengan tumbuhan diluar area taman yang didominasi koleksi tanaman tropis. Banyak spot-spot foto menarik disini. Kami melihat beberapa kelompok wisatawan berfoto-foto di Taman ini.
Tidak jauh dari Taman Meksiko kami menuruni tangga menuju jembatan gantung berwarna merah. Tadinya tidak ada maksud kami mencari Jembatan Merah. Tapi demi mencari jalan pintas menuju Bunga Rafflesia akhirnya kami memutuskan untuk melalui jembatan itu.
Jembatan Merah membentang melintasi Kali Ciliwung & hanya dapat dilalui 1 orang. Sebelum menyeberang kami harus menunggu orang dari seberang melintas. Dari kejauhan kelihatan kendaraan di jalan besar bergerak perlahan. Sepertinya mulai macet.
Diujung jembatan ada jalan setapak menembus pohon2 besar. Tampak dari kejauhan sebuah plang dengan tulisan besar ‘Makam Keramat’. Seperti di film2 perang saya meminta anak2 berhenti. Saya termasuk kebanyakan orang yang sedikit khawatir lewat ‘Makam Keramat’..takut pulangnya ada yang ‘ngikut’ 🤭.
Saya mengarahkan kamera handphone ke arah plang besar. Lewat kamera zoom terbaca siapa yang dimakamkan di dalam makam keramat itu. ‘Wow karuhun (leluhur)..’ kata saya dalam hati. Memang tampak luar saya ‘Korean Style’ tapi di dalam diri saya mengalir darah Sunda dari keluarga Papa. Asal Mama dari Sulawesi Utara, mungkin karena suku campuran itu mengapa saya agak cuek masalah silsilah keluarga. Mungkin sudah waktunya saya lebih kenal karuhun sehingga kami diarahkan melalui jalur ini.
‘Permisi..Assalamualaikum..’ kami masuk ke dalam area makam. Ada seorang penjaga sedang duduk sambil merokok di sebuah bangku panjang terbuat dari kayu.
‘Mau doa?’ tanya penjaga makam.
‘Ga Pak, mau lihat-lihat aja boleh?’ Jawab saya.
‘Boleh’ kata penjaga makam lalu berdiri dari kursinya dan menjelaskan sedikit tentang sejarah makam.
‘Ma..aku kok agak serem-serem gitu ya’ kata Lil’Tea. Memang saya juga sedikit merinding waktu kami ngobrol2 dengan penjaga makam.
Sebenarnya secara umum suasana di dalam makam tidak seram. Terasa sejuk & tenang..adem. Makam dibagian tengah dipercaya sebagai makam Ratu Galuh Mangku Alam Prabu Siliwangi. Menurut penjelasan penjaga makam adalah istri ke-2 Prabu Siliwangi. Makam diatas makam Ratu Galuh Mangku Alam Prabu Siliwangi adalah makam Mbah Jepra sebagai panglima kerajaan dan dibagian bawah adalah makam Mbah Baul sebagai patih kerajaan. Ada satu makam lagi yaitu makam Solendang Galuh Pangkuan. Kurang jelas bagaimana hubungannya dengan makam2 lainnya yang ada dalam kompleks makam keramat. Setelah pulang saya masih penasaran tentang Makam Keramat dan mencari lewat internet. Ada penjelasan lain yang cukup jelas & menarik dari triplenine101.blogspot.com tentang makam keramat Kebun Raya Bogor.
‘Bapak keturunan Prabu Siliwangi?’ tanya saya kepada penjaga makam.
‘Saya hanya dipercaya menjaga & merawat makam. Mengenai keturunan, bukannya (secara tidak langsung) kita semua (warga Jawa Barat) adalah keturunan Prabu Siliwangi.’ Jawab Bapak penjaga makam menutup perbincangan. Saya mangut2 menangkap sisi lain dari jawaban itu. Setuju Pak, banyak orang tanpa gelar ningrat tapi punya ‘jiwa ningrat’. Buat apa bergelar ningrat kalau perkataan & perilakunya ga mencerminkan gelar itu.
Setelah melihat-lihat kompleks makam sebentar kami lalu pamit melanjutkan perjalanan mencari lokasi Bunga Rafflesia.
Kira-kira 15 menit kami berjalan bersama dengan pengunjung lain tapi tidak ada tanda-tanda dimana Bunga Rafflesia berada sampai akhirnya di kejauhan ada sekelompok pengunjung berkerumun di depan pohon besar.
‘Disitu kali Ma.’ Kata Lil’Tea sambil menunjuk orang-orang yang sedang berfoto di depan pohon besar. Kami lalu mempercepat jalan.
Ternyata sesampainya disana bukan Bunga Rafflesia yang kami temukan tapi sepasang ‘Pohon Jodoh’. Kedua pohon ini sepintas terlihat kembar padahal berasal dari jenis yang berbeda. Pohon di sebelah kiri adalah Pohon Kenari sedangkan di sebelah kanan adalah pohon Beringin Putih.
Disebut ‘Pohon Jodoh’ juga tidak lepas dari mitos yang mengatakan bahwa pasangan yang bertemu di bawah pohon jodoh akan langgeng hubungannya.
Kami menghabiskan waktu beberapa lama dibawah pohon jodoh sambil memutuskan apakah akan lanjut dengan pencarian lokasi Bunga Rafflesia atau tidak mengingat sebentar lagi waktu kami check out dari hotel
Tes..tes..tes..hujan gerimis mulai turun. Ternyata alam memutuskan kami untuk segera pulang. Kami lalu berjalan cepat-cepat menuju pintu keluar. Mungkin belum waktunya menemukan lokasi Bunga Rafflesia di perjalanan kali ini. Sepertinya menyenangkan kalau pada kesempatan berikutnya kami kembali ke Kebun Raya Bogor untuk melanjutkan petualangan. (Tamat)
EM/Traveling