Into The Unknown (Bagian 3 – Tamat)

Di dalam toko kami disambut seorang petugas berseragam T-Shirt warna Krem. ‘Silakan..’ katanya ramah.

Petugas Olive Store

Di sisi sebelah kanan dekat pintu masuk toko ada tempat untuk anak-anak beraktifitas mewarnai. Tersedia bangku dan meja disekitarnya mungkin supaya orang tua yang mendampingi anak-anak nyaman dan leluasa mengawasi.

Children Playground

Toko cinderamata Olive Store cukup luas. Suasana tokonya tenang dan nyaman, koleksinya pun unik & beragam. Ada tanaman hias, tas, payung, t-shirt dan pernak-pernik lainnya. Sebagai kenang2an saya beli pin lucu bentuk tanaman favorit saya Monstera.

Berbagai macam pin lucu bentuk tanaman koleksi Kebun Raya Bogor
Bangku rotan dekat Children Playground

Sambil menunggu petugas kasir memproses pembayaran, Big Tea & Lil’Tea duduk minum sebentar di bangku rotan yang tersedia di dalam toko.

Kami lalu melanjutkan perjalanan. Banyak pengunjung melakukan Grounding atau Earthing tanpa alas kaki sambil menikmati keindahan dan suasana alam di Kebun Raya Bogor.

Grounding atau Earthing adalah teknik terapi dengan melakukan aktifitas terhubung ke bumi misalnya dengan berjalan dengan atau tanpa alas kaki di alam. Terapi Grounding selama kurang lebih 1 jam dapat memberi dampak positif bagi tubuh seperti meningkatkan sistem imun, menimbulkan ketenangan batin, memperbaiki mood, meredakan nyeri otot, baik bagi kesehatan jantung, meredakan kecemasan dan meningkatkan kualitas tidur.

Selain berjalan tanpa alas kaki ada berbagai cara alami untuk grounding misalnya dengan berbaring diatas matras tipis atau tanpa alas & beraktifitas di air (Sumber : sehatq.com)

Kebun Raya Bogor dapat menjadi tempat menyenangkan untuk melakukan terapi ini. Sambil menikmati suasana alam & udara segar Big Tea & Lil’ Tea ikut juga jalan kaki sambil buka sepatu seperti pengunjung lain. Jalan yang lembab mengurangi rasa pegal di kaki.

Berjalan tanpa alas kaki salah satu teknik Grounding

Sampailah kami di papan penunjuk jalan menuju Taman Meksiko. Taman Meksiko berisi koleksi tanaman iklim kering seperti Kaktus. Sebagian besar koleksi Taman Meksiko didatangkan dari Amerika Tengah dan Selatan.

Papan penunjuk jalan menuju Taman Meksiko

Dari papan penunjuk jalan menuju Taman Meksiko kami berjalan kaki kira-kira 5 menit. Dari arah belakang terdengar bunyi seperti motor ternyata ada beberapa wisatawan yang menggunakan Scooter listrik menuju ke Taman Meksiko. Memang berjalan kaki di area Kebun Raya yang luas cukup melelahkan. Kalau ga mau capek, sebelum mengelilingi Kebun Raya lebih baik menyewa Scooter Listrik atau Sepeda untuk perorangan sedangkan rombongan keluarga dapat menyewa Buggy.

Taman Meksiko dibuat menyerupai aslinya yang kering dan berbatu. Taman ini unik karena suasananya sangat kontras dengan tumbuhan diluar area taman yang didominasi koleksi tanaman tropis. Banyak spot-spot foto menarik disini. Kami melihat beberapa kelompok wisatawan berfoto-foto di Taman ini.

Pemandangan kanan dan kiri jalan menuju Taman Meksiko

Tidak jauh dari Taman Meksiko kami menuruni tangga menuju jembatan gantung berwarna merah. Tadinya tidak ada maksud kami mencari Jembatan Merah. Tapi demi mencari jalan pintas menuju Bunga Rafflesia akhirnya kami memutuskan untuk melalui jembatan itu.

Jembatan Merah membentang melintasi Kali Ciliwung & hanya dapat dilalui 1 orang. Sebelum menyeberang kami harus menunggu orang dari seberang melintas. Dari kejauhan kelihatan kendaraan di jalan besar bergerak perlahan. Sepertinya mulai macet.

Jembatan Merah Kebun Raya Bogor

Diujung jembatan ada jalan setapak menembus pohon2 besar. Tampak dari kejauhan sebuah plang dengan tulisan besar ‘Makam Keramat’. Seperti di film2 perang saya meminta anak2 berhenti. Saya termasuk kebanyakan orang yang sedikit khawatir lewat ‘Makam Keramat’..takut pulangnya ada yang ‘ngikut’ 🤭.

Tampak Luar Makam Keramat Kebun Raya Bogor

Saya mengarahkan kamera handphone ke arah plang besar. Lewat kamera zoom terbaca siapa yang dimakamkan di dalam makam keramat itu. ‘Wow karuhun (leluhur)..’ kata saya dalam hati. Memang tampak luar saya ‘Korean Style’ tapi di dalam diri saya mengalir darah Sunda dari keluarga Papa. Asal Mama dari Sulawesi Utara, mungkin karena suku campuran itu mengapa saya agak cuek masalah silsilah keluarga. Mungkin sudah waktunya saya lebih kenal karuhun sehingga kami diarahkan melalui jalur ini.

‘Permisi..Assalamualaikum..’ kami masuk ke dalam area makam. Ada seorang penjaga sedang duduk sambil merokok di sebuah bangku panjang terbuat dari kayu.

‘Mau doa?’ tanya penjaga makam.

‘Ga Pak, mau lihat-lihat aja boleh?’ Jawab saya.

‘Boleh’ kata penjaga makam lalu berdiri dari kursinya dan menjelaskan sedikit tentang sejarah makam.

‘Ma..aku kok agak serem-serem gitu ya’ kata Lil’Tea. Memang saya juga sedikit merinding waktu kami ngobrol2 dengan penjaga makam.

Sebenarnya secara umum suasana di dalam makam tidak seram. Terasa sejuk & tenang..adem. Makam dibagian tengah dipercaya sebagai makam Ratu Galuh Mangku Alam Prabu Siliwangi. Menurut penjelasan penjaga makam adalah istri ke-2 Prabu Siliwangi. Makam diatas makam Ratu Galuh Mangku Alam Prabu Siliwangi adalah makam Mbah Jepra sebagai panglima kerajaan dan dibagian bawah adalah makam Mbah Baul sebagai patih kerajaan. Ada satu makam lagi yaitu makam Solendang Galuh Pangkuan. Kurang jelas bagaimana hubungannya dengan makam2 lainnya yang ada dalam kompleks makam keramat. Setelah pulang saya masih penasaran tentang Makam Keramat dan mencari lewat internet. Ada penjelasan lain yang cukup jelas & menarik dari triplenine101.blogspot.com tentang makam keramat Kebun Raya Bogor.

‘Bapak keturunan Prabu Siliwangi?’ tanya saya kepada penjaga makam.

‘Saya hanya dipercaya menjaga & merawat makam. Mengenai keturunan, bukannya (secara tidak langsung) kita semua (warga Jawa Barat) adalah keturunan Prabu Siliwangi.’ Jawab Bapak penjaga makam menutup perbincangan. Saya mangut2 menangkap sisi lain dari jawaban itu. Setuju Pak, banyak orang tanpa gelar ningrat tapi punya ‘jiwa ningrat’. Buat apa bergelar ningrat kalau perkataan & perilakunya ga mencerminkan gelar itu.

Setelah melihat-lihat kompleks makam sebentar kami lalu pamit melanjutkan perjalanan mencari lokasi Bunga Rafflesia.

Kira-kira 15 menit kami berjalan bersama dengan pengunjung lain tapi tidak ada tanda-tanda dimana Bunga Rafflesia berada sampai akhirnya di kejauhan ada sekelompok pengunjung berkerumun di depan pohon besar.

‘Disitu kali Ma.’ Kata Lil’Tea sambil menunjuk orang-orang yang sedang berfoto di depan pohon besar. Kami lalu mempercepat jalan.

Ternyata sesampainya disana bukan Bunga Rafflesia yang kami temukan tapi sepasang ‘Pohon Jodoh’. Kedua pohon ini sepintas terlihat kembar padahal berasal dari jenis yang berbeda. Pohon di sebelah kiri adalah Pohon Kenari sedangkan di sebelah kanan adalah pohon Beringin Putih.

Pohon Jodoh Kebun Raya Bogor

Disebut ‘Pohon Jodoh’ juga tidak lepas dari mitos yang mengatakan bahwa pasangan yang bertemu di bawah pohon jodoh akan langgeng hubungannya.

Kami menghabiskan waktu beberapa lama dibawah pohon jodoh sambil memutuskan apakah akan lanjut dengan pencarian lokasi Bunga Rafflesia atau tidak mengingat sebentar lagi waktu kami check out dari hotel

Tes..tes..tes..hujan gerimis mulai turun. Ternyata alam memutuskan kami untuk segera pulang. Kami lalu berjalan cepat-cepat menuju pintu keluar. Mungkin belum waktunya menemukan lokasi Bunga Rafflesia di perjalanan kali ini. Sepertinya menyenangkan kalau pada kesempatan berikutnya kami kembali ke Kebun Raya Bogor untuk melanjutkan petualangan. (Tamat)

EM/Traveling

Into The Unknown (bagian 2)

Kami memutuskan untuk turun dari tangga sebelah kanan lalu belok ke kiri. Menyusuri jalan setapak dan melewati pohon besar dengan empat buah tiang dan rangka besi berbentuk persegi dibagian atasnya. Kalau ada bunga2 menjuntai sebagai atapnya pasti bisa jadi tempat foto yang Intagramable.

Pohon besar dengan rangka besi persegi di bawahnya

Sekitar 5m ke arah kiri melalui jalan aspal adalah lokasi pintu masuk kendaraan bermotor dan Titik Temu. Lil’ Tea lari2 kecil menuju peta Kebun Raya Bogor yang ada dibawah tulisan ‘Titik Temu’.
‘Kita kesini aja Ma’..katanya sambil menunjuk gambar Bunga Rafflesia. ‘Aku pernah lihat di Youtube, bau banget pasti, yuk kita cari!’.

Peta Kebun Raya Bogor

Ada beberapa rute yang dapat dipilih di Kebun Raya. Sebagai jalur awal kami memilih rute pendek untuk melihat Istana Bogor, Bunga Teratai Raksasa, Air Mancur, lalu melalui jalan setapak ke arah taman tempat Tugu Teysmann. Tugu ini didedikasikan bagi Johannes Elias Teijsman, seorang yang berjasa dalam pengelompokan tanaman di area Kebun Raya Bogor dan pengembangan Kebun Raya Bogor.

Tempat sewa sepeda

Di jalan masuk menuju Kolam Teratai Raksasa ada tempat parkir Golf Car (Buggy) 6 seat yang dapat disewa. Jalan sedikit di sebelah kanan kami melihat ada tempat penyewaan sepeda.

Kolam Teratai Raksasa
Istana Bogor terlihat dari arah Kolam Teratai Raksasa
Taman & Tugu Teysmann

Dari Taman Teysmann kami menyusuri jalan setapak kembali ke jalan utama. Terdengar suara musik bambu yang menyejukkan dari kejauhan. Sesampainya di area pemusik bambu Kakak sibuk bikin video sampai enggan pergi dari situ.

Pemusik Bambu

Sambil menunggu Kakak bikin video. Saya dan Lil’ Tea melihat-lihat sekitar. Di seberang pemusik ada tangga keatas dengan tulisan besar ‘Glow’. Letak loket penyewaan transportasi Kebun Raya ada di bagian atas tangga Glow :
Buggy 6 seat Rp.125.000 / 30 menit
Sepeda Rp.25.000,- / 30 menit
Skuter Listrik Rp. 30.000,- / 30 menit.

Glow dulunya disiapkan untuk wisata malam. Pengunjung dapat menikmati suasana Kebun Raya di malam hari lengkap dengan lampu2, tapi karena banyak penolakan akhirnya obyek wisata baru di dalam kebun raya ini tidak lanjut.

Sempat terlintas dalam pikiran saya kalau dibuatkan video tentang suasana malam di Kebun Raya untuk dilihat pengunjung pada siang hari dengan membeli tiket terpisah sepertinya menarik juga.

Olive Store

Tidak jauh dari lokasi pemusik bambu ada kafe dan toko cinderamata namanya ‘Olive Store’ Kami masuk ke dalam toko…

Bersambung (Bagian 3)

Into The Unknown

Kriing..alarm jam berbunyi pukul 7.30 pagi. Kakak sudah bangun sementara Lil’Tea masih tidur. Semalam kami tidur lebih malam. Kebetulan mama ada event UMKM di Botani Square Mall bersama komunitasnya di Bogor. Selama pandemi Covid-19 kami sama sekali ga keluar kota. Kali ini Big Tea & Lil’Tea ikut karena kami sudah divaksin, Covid mereda & penasaran mau jalan-jalan ke Kebun Raya.

Tugu Kujang, Bogor


Kami menginap di IPB Hotel Botani Square. Hotel ini dekat dengan mal tempat mama berkegiatan. Dari Hotel kelihatan Tugu Kujang & Kebun Raya Bogor ada di seberang.


Setelah sarapan di Hotel, kami memulai jalan pagi menuju Kebun Raya, ga lupa foto2 dulu di depan Tugu Kujang, Icon kota Bogor.
Kota Bogor zaman mama remaja dulu berbeda. Sekarang Kota Bogor terlihat cantik, bersih tertata, warganya juga mulai taat peraturan di jalan. Ada suara petugas yang menegur kalau terjadi pelanggaran. ‘Bapak pengendara motor berbaju merah, silakan mundur ke belakang garis putih.’ Begitu yang pernah saya dengar waktu ada warga melanggar garis pembatas di lampu merah.


Dari Hotel kearah pintu masuk Kebun Raya ditempuh selama 15 menit. Hari Sabtu pagi cukup ramai orang2 jalan pagi & naik sepeda. Ada jalur pemisah khusus pesepeda & pejalan kaki. Ga ada lagi pedagang kelinci & anak ayam warna-warni di sepanjang trotoar. Kami jalan pagi dengan nyaman di trotoar yang lebar & bersih.
Ada bangku2 taman dari beton tersedia untuk istirahat sejenak. Trotoar dilengkapi tempat sampah organik & anorganik setiap beberapa meter. Semoga saja fasilitas yang nyaman ini dapat terus terjaga.


Pintu masuk Kebun Raya terletak berseberangan dengan Lawang Surya Kencana. Jl.Surya Kencana adalah kawasan Pecinan & menjadi pusat perniagaan.

Pintu Masuk Menuju Loket Kebun Raya Bogor


Pintu masuk Kebun Raya terbagi dua. Pintu sebelah kiri khusus kendaraan roda 2 dan 4 sedangkan pejalan kaki masuk dari pintu sebelah kanan. Kami disambut ramah oleh beberapa petugas wanita memakai T-shirt warna krem lalu kami diarahkan ke tempat membeli tiket. Jangan lupa scan aplikasi Peduli Lindungi sebelum masuk.

Loket Masuk Kebun Raya Bogor
Pintu Masuk Loket Kebun Raya Bogor Dilihat dari Dalam.

Harga tiket masuk hari biasa Rp.15.000,- sedangkan weekend/hari libur Rp.25.000,- per orang. Tidak ada perbedaan harga dewasa maupun anak-anak. Keluar dari ruangan tempat beli tiket ada teras kecil berbentuk setengah lingkaran. Di bagian kanan & kiri teras ada tangga ke bawah. Hmm..pilih arah yang mana ya?

Balkon Setengah Lingkaran Dengan Tangga Turun di Sebelah Kanan & Kiri

Bersambung Bagian 2